BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Di Indonesia ayam
buras, merupakan salah satu jenis ternak yang sudah dikenal oleh masyarakat.
Ayam buras berasal dari singkatan “ayam bukan ras”. Istilah itu muncul ketika
pembangunan peternakan ayam ras berkembang pesat sejak tahun 1970-an.
Ayam buras merupakan
sumber daya alam yang perlu dilestarikan. Jika dibandingkan dengan ternak lain,
ayam buras memiliki kelebihan kecepatan daya adaptasi terhadap berbagai
situasi, kondisi lingkungan, perubahan iklim dan cuaca. Hal itu terjadi karena
ayam memiliki bentuk badan yang kompak dan susunan otot yang baik. Ditinjau dari segi permodalan, memelihara
ayam buras relatif lebih murah dan tidak terlalu rumit seperti ternak yang
lain.
Namun, ada dua masalah
penting yang masih terlihat dalam pemeliharaan ayam buras di pedesaan. Yaitu
pertama sulitnya melakukan pengawasan
dan pengendalian penyakit karena umumnya
ayam buras dibiarkan bebas berkeliaran. Kedua, kurangnya perhatian peternak karena
usaha pemeliharaan ayam buras dianggap kurang memberikan tambahan penghasilan
yang berarti.
Sebenarnya ayam buras
memiliki potensi usaha yang sangat tinggi jika dikelola dengan baik dan benar.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas bagaimana cara mengelola dan
memelihara ayam buras dengan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bibit Ayam Pelung
Bibit ayam pelung dapat diperoleh
melalui telur yang dihasilkan dari bapak dan ibu ayam pelung. Hal ini dapat
saja dilakukan dengan cara mengawinkan satu pejantan ayam pelung dengan
beberapa induknya. Yang pasti keturunan ini harus asli. Sebab jika tidak, pasti
kita tidak akan memperoleh ayam pelung yang diinginkan.
Telurnya dapat kita tetaskan sendiri
dengan cara menitipkannya dalam kandang induk ayam kampung yang sedang mengeram
atau dapat juga melalui cara moderen, lewat alat penetas telur.
Biasanya dari 15 butir telur yang
dihasilkan oleh induk ayam pelung, rata-rata 10 butir yang dierami. Tujuh butir
telur berhasil menetas dengan perincian : 3 ekor jantan dan 4 ekor betina.
Lewat pengalaman pemeliharanya, dari 3 ekor jantan itu, yang bakal mempunyai
suara yang bagus dan “jadi” hanyalah satu ekor.
Dalam pembudidayaan
ayam pelung, permasalahan yang sering ditemui adalah
penyediaan bibit ayam pelung unggul. Dalam pencarian calon bibit
unggul, selain didasarkan dari tampilan luarnya, juga seleksi ayam pelung yang
berbasis konsep pemuliaan ternak, sehingga diperoleh bibit unggul, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas ternak. Ciri-ciri bibit unggul
ayam pelung, yaitu:
1.
Bagian tubuh tak ada yang rusak atau
cacat, misalnya kaki utuh dan leher lurus
2.
Otot gempal dan kuat,terutama
dibagian paha dan dada.Tulangnya juga kuat
3.
Susunan bulu teratur, saling menghimpit
dan tampak mengkilat.Kondisi bulu yang baik mencerminkan kondisi
kulit yang baik pula.
4.
Mata cerah dan pandangannya tampak
tajam.
5.
Gerakannya gesit yaitu mudah berontak
bila dipegang.
6.
Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan
tidak gemuk.
7.
Induk jantan mempunyai jengger yang
berwarna merah cerah,kepala tampak kokoh, paruhpendek, tajam dan kuat.
8.
Jarak ujung tulang dada dengan
dubur berjarak minimal tiga jari tangan.
2.2. Sistem
Pemeliharaan
Ada tiga macam sistem
pemeliharaan ayam buras, yaitu secara ekstensif, semiintensif, dan intensif.
2.2.1. Pemeliharaan Secara Ekstensif
Pada pemeliharaan
secara ekstensif, ayam dilepas secara berkeliaran dipekarangan rumah atau
kebun. Di tempat tersebut ayam mencari pakan sendiri. Terkadang peternak
memberikan pakan tambahan berupa sisa-sisa dapur. Pada sistem ini peternak
biasanya meyediakan kandang dan ayam buras
akan pulang kekandangnya pada malam hari. Namun, banyak pula peternak
yang tidak menyediakan kandang, sehingga ayam buras banyak bertengger di
pohon-pohon sekitar rumah.
Dengan sistem
pemeliharaan seperti ini, produksi ayam buras sangat rendah, yaitu produksi
telur dalam satu tahun hanya sekitar 60 butir, pertambahan berat badan lambat,
dan angka kematian bisa mencapai 50% untuk anak ayam yang dipelihara sampai
umur 1,5 bulan.
Ayam buras yang
dipelihara secara ekstensif inilah yang sering disebut ayam kampung. Populasi
ayam ini sangat banyak, mencapai 75% populasi ayam buras nasional yang
jumlahnya 265 juta ekor pada tahun 2000.
2.2.2. Pemeliharaan Secara Semiintensif
Pada pemeliharaan
secara semiintensif, ayam tetap diberi kesempatan untuk bebas lepas, tetapi
geraknya dibatasi oleh pagar yang dibuat oleh peternak. Pola ini juga
menerapkan induk dikurung pasca penetasan.
Pada pemeliharaan ini,
peternak sudah meakukan pemilihan dan penggunaan bibit yang baik. Proses
pemeliharaan masih menggunakan cara tradisional, tetapi telah mengalami
berbagai macam perubahan dan perbaikan.
2.2.3. Pemeliharaan Secara Intensif
Pada pemeliharaan
secara intensif, seluruh ayam buras dimasukkan ke kandang. Pemeliharaan anak
ayam lebih intensif sampai dewasa. Mereka tidak diberi kesempatan untuk
berkeliaran dialam bebas. Bahkan untuk tujuan menghasilkan telur konsumsi ayam
produktif terpaksa dikandangkan dikandang bateai yang sempit.
Pemeliharaan anak ayam
secara intensif ditujukan pada DOC yang baru menetas sampai ayam berumur 6
minggu. Anak ayam dibesarkan dala box yang terbuat dari triplek atau kayu
berukuran 100 cm x 100 cm x 60 cm. Ayam diberi pakan berupa campuran konsentrat
dan dedak, atau jagung dengan perbandingan tertentu sesuai dengan kebutuhan
nutrisi.
Tabel 1. Produktivitas
ayam buras dengan beberapa cara pemeliharaan
Sifat yang Diukur
|
Cara Pemeliharaan
|
Ekstensif
|
Semiintensif
|
Intensif
|
Jumlah yang mampu dipelihara (ekor)
|
20
|
33
|
104
|
Angka kematian umur 1,5 bulan (%)
|
50
|
40
|
27
|
Bobot ayam umur 5 bulan (g/ekor)
|
625
|
636
|
734
|
Produksi telur (induk/tahun/butir)
|
30
|
59
|
80
|
Waktu istirahat antarwaktu bertelur
(hari)
|
73
|
22
|
18
|
Daya tetas telur
|
79
|
80
|
86
|
2.3. Sistem Perkandangan
Kandang adalah suatu
sistem yang didalamnya saling terkait
berbagai faktor. Karena banyak faktor dari suatu sistem perkandangan, maka bila
terabaikan akan menimbulkan kendala yang akan merepotkan proses pemeliharaan.
Dalam usaha budidaya ayam buras, kandang tidak saja berfungsi sebagai tempat
perlindungan terhadap sengatan matahari dan curah hujan, tetapi lebih
ditekankan sebagai faktor produksi.
Dalam kenytaannya,
masih banyak kesalahan desain dan konstruksi kandang. Kandang ayam buras
berbeda dengan kandang ayam ras, karena ayam buras relatif lebih liar dibanding
ayam ras.
Sistem kandang ayam
buras harus direncanakan sesuai dengan tersedianya lahan. Pada prinsipnya ada 4
alternatif yang dapat dipilih. Yaitu :
2.3.1.
Kandang Sistem Ren
Kandang
sistem ren merupakan kandang sistem terbuka yang berada ditengah lahan
pekarangan yang dipagar setinggi 2,5-3,0 m. Kandang cukup berupa konstruksi
tiang dengan atap, dilengkapi dengan sarana tempat bertengger dan tempat
bertelur. Tempat makanan dan minuman dapat diletakkan di luar.
Keunggulan
kandang sistem ini adalah lebih alami bagi ayam buras yang cenderung liar,
selain itu pengelolaannya juga tidak merepotkan. Lahan tempat bermain akan
sangat ideal bila terbuat dari lapangan rumput dan sedikit perdu.
2.3.2. Kandang Sistem Litter
Kandang sistem litter
meruoakan kandang alternatif bila lahan pekarangan terbatas. Kandang model ini
menggunakan dinding dari anyaman bambu atau bilah bambu, beratap, dan lantai
dilandasi bahan yang mudah menyerap kebasahan.
Keuntungan dari sistem
kandang ini adalah efisiensi dalam penggunaan lahan. Selain itu dapat
mengurangi cekaman yang diakibatkan oleh panasnya temperatur. Sistem ini juga
dapat mengurangi defisiensi nutrisi dari makanan, terutama asam amino.
2.3.3. Kandang Sistem Postal
Kandang sistem postal
merupakan kandang alternatif bila lahan pekarangan terbatas, serta mengutamakan
hyginitas kandang yang baik. Kandang sistem ini menggunakan lantai panggung
yang dapat dibuat dari bilah bambu. Pada umumnya kandang ini lebih cocok untuk
ayam bibit.
2.3.4. Kandang Sistem Kombinasi
Litter-Postal
Kandang sistem ombinasi
litter-postal merupakan alternatif sistem kandang yang ingin memperoleh
keuntungan dari sistem litter dan postal. Ditinjau dari pembiayaannya, relatif
lebih murah dibanding sistem potal penuh, namun relatif sedikit lebih mahal dibanding
sistem litter penuh.
2.4.
Pakan
Kebutuhan dasar pakan
ayam buras akan zat gizi terdiri atas 7
komponen, yaitu karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, vitamin, mineral, dan
air. Kkeurangan salah satu dari komponen tersebut bisa mengakibatkan gangguan proses
metabolisme.
Dalam penyusunan pakan,
karbohidrat merupakan bagian terbesar yaitu sebesar 70-75%. Karbohidrat
berfungsi sebagai sumber energi dan pembentukan lemak dalam tubuh ayam. Hampir
¾ bagian berupa biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan. Sumber karbohidrat yang banyak
dipakai untuk pakan ayam antara lain jagung, padi, beras, ubi kayu, ubi jalar,
dedak, bekatul, kacang hijau, dan kelapa.
Protein dalam ransum
sebagai zat pembangun untuk pertumbuhan, mengganti jaringan sel yang rusak, dan
membentuk telur. Bahan nutrisi ini banyak terdapat dalam bungkil kelapa,
bungkil kelapa, bungkil biji kapuk, sebagai sumber protein nabati.Penggunaannya
10-30% dari total bahan ransum. Sedangkan sumber protein hewani diperoleh dari
tepung ikan, tepung cacimg, tepung daging, tepung bulu, tepung darah, atau
tepung kepala udang. Penggunaannya 3-10% dari total bahan ransum.
Bagi ayam, lemak
merupakan sumber energi. Lemak nabati berasal dari biji-bijian yang
kandungannya berbeda-beda. Fungsi lemak sebagai cadangan energi, pelarut
vitamin, dan memberi rasa enak pada makanan. Bahan nutrisi ini terdapat dalam
kacang-kacangan, minyak ikan, lemak sapi, minyak kelapa, minyak jagung.
Penggunaannya hanya 5% dari total bahan ransum.
Mineral sangat
diperlukan dalam menyusun ransum ayam sebab 3-4% tubuh ayam dan 10% telur
tersusun dari zat mineral. Mineral makro dan mineral mikro diperlukan dalam
jumlah cukup pada pakan. Fungsi mineral untuk menyempurnakan pertulangan,
pembentuk darah, membantu pembentukan kulit telur. Aayam yang kekurangan
mineral dapat mengakibatkan kelainan dan kekurangan darah sehingga menjadi
kanibal.Mineral terdapat dalam tepung tulang, tepung kulit kerang, kalsium
sulfat, dan garam dapur. Penggunaannya 0,5-2% dari total bahan ransum.
Vitamin dalam pakan
diperlukan dalam jumlah seikit tetpi lengkap. Vitamin berguna untuk merangsang
pertumbuhan, reproduksi, menjaga kesehatan, dan pigmentasi bulu. Kekurangan
vitamin dapat menyebabkan pertumbuhan terganggu dan mudah terserang penyakit.
Vitamin banyak terkandung dalam pakan segar, seperti sayuran, jagung kuning,
minyak ikan, kacang hijau, kedelai, padi, susu, hati, taoge, dan kecipir.
Penggunaannya 0,5-1% dari total bahan.
Pakan tambahan adalah
pakan yang diberikan untuk memperbaiki pencernaan atau mempercepat pertumbuhan.
Bahan pakan ini tidak mutlak, tetapi bisa diberikan ketika diperlukan.
Misalnya, antibiotik dan grit. Antibiotik diperlukan untuk merangsang
pertumbuhan ayam, memperbaiki konversi pakan, mengobati dan mencegah penyakit
pernapasan, meningkatkan produksi telur, mencegah rusaknya zat gizi dan
tercemarnya pakan oleh racun karena aktivitas mikroorganisme , sekaligus
menghemat biaya pakan.
Grit berfungsi untuk
membantu proses pencernaan, terutama bagi ayam yang dikandangkan. Grit dibuat
dari batu-batuan kecil atau bata merah yang sudah dicuci bersih dan digiling.
Pemberian grit disajikan dalam wadah tersendiri atau dicampur dalam pakan
sebayak 0,5%.
2.5.
Penyakit
dan Cara Mengatasinya
Ayam buras dapat
terserang penyakit kalau kondisi dan ketahanan fisiknya turun. Beberapa
penyebab munculnya penyakit antara lain pengaruh cuaca buruk, lingkungan tidak
mendukung, kualitas dan kuantitaspakan kurang memadai.
Ada lima penyakit yang
sering menyerang ayam buras, yaitu :
2.5.1. Tetelo
Tetelo adalah penyakit
menular yang disebabkan virus Myxovirus
multivormis. Penyakit ini lebih dikenal dengan Newcastle Desease (ND). Gejala ayam terkena tetelo adalah mula-mula
ayam sulit bernapas, batuk-batuk, bersin, lesu, mata mengantuk, sayap terkulai
kebawah, jengger biru kehitaman, tinta encer berwarna hijau, dan kadang-kadang
mengandung darah.
Cara mengatasi penyakit
ini adalah dengan memberikan vaksin kepada ayam yang terkena penyakit ini. Cara
pemberian vaksin yaitu teteskan vaksin ND aktif atau ND strain ke mata anak
ayam umur 1 hari smpai 1 bulan. Ketika berumur 1-3 bulan, gunakan vaksin ND
strain K yang disutikkan secara intramuskuler. Setelah berumur diatas 3 bulan,
gunakan vaksin ND strain K dua kali, lakukan dengan interval waktu 4-6 bulan.
Paling lambat dua jam setelah vaksin dilarutkan harus habis digunakan.
Tiga hari sebelum dan dua hari setelah pemberian vaksin,
ayam diberi vitamin untuk memperkuat kondisi tubuhnya.
2.5.2. Berak Kapur
Penyakit ini sering disebut
penyakit pullorum (pullorum disease), berak putih (bacillary disease). Gejala
yang terlihat adalah tinja berwarna putih seperti kapur, kotoran encer berwarna
putih dan berbusa, mata mengantuk, sayap terkulai, kepala tertunduk, badan ayam
seperti kedinginan, dan tidak ada nafsu makan.
Tindakan pencegahan dan
pengobatan yang paling mudah adalah segera menyisihkan ayam sakit dan
mengobatinya dengan Coralin atau dengan Neo Terramycin 25 soluble powder dengan
dosis 2 sendok teh yang dilarutkan dalam 3,8 liter air minum.
2.5.3. Pilek atau Infectious Coryza
Ayam yang sedang pilek
sering disebut terkena penyakit snot, selesma atau coryza. Gejala yang timbul
adalah lendir agak encer, lama-lama mengental sehingga menyumbat ujung lubang
hidung. Ayam tidak mau makan, suka menyendiri, sering menggelengkan kepala
sayap terkulai, mata terpejam, tidak aktif bergerak dan jika bernapas sering
ngorok.
Pilek dapat disembuhkan
dengan preparat sulfa yang dijual di toko-toko obat unggas.
2.5.4. Fowl Pox
Penyakit ini dikenal
dengan sebutan penyakit cacar ayam. Disebabkan oleh virus dan menyerang ayam
semua usia terutama saat usia muda. Ayam yang terkena penyakit ini ditandai
dengan adanya bintil-bintil kecil yang timbul pada jengger, pial, dan kelopak
mata. Untuk penyakit yang menyerang mulut, terdapat selaput kuning yang tebal
dalam mulut dan tenggorokan.
Tidak ada pengobatan
untuk penyakit cacar, namun cara mencegahannya dalah dengan melakukan sanitasi
dengan baik. Untuk wilayah peternakan yang pernah terserang penyakit cacar, dianjurkan
melakukan vaksinasi cacar menjelang ayam usia dara, dengan cara tusuk sayap.
2.5.5. Blue Comb
Blue Comb merupakan
penyakit yang populer dengan sebutan penyakit jengger biru. Kemungkinan
penyebabnya adalah suatu virus. Ayam yang terkena penyakit ini ditandai dengan
mencret berwarna keputihan, jengger dan pial menjadi biru tua.
Pencegahan penyakit ini
dapat dilakukan dengan melaksanakan sanitasi dengan baik. Sedangkan untuk
mengobati ayam yang terserang penyakit ini, dapat diusahakan dengan Neo-Terramycin
(Solublue Powder), dengan takaran 2 sendok teh yang dicampurkan air minum
sebanyak 3,8 liter dan diberikan 3-5 hari.
BAB
III
KESIMPULAN
Ayam buras merupakan ayam yang sudah banyak dikenal dan
dikembangkan di Indonesia. Namun pola pemeliharaan serta pemberian pakan masih
banyak yang menyimpang sehingga dalam pemeliharaannya tidak efektif. Jika
dipelihara dengan baik, sebenarnya ayam buras memiliki potensi yang besar.
Dalam sistem pemeliharaan terdapat empat sistem pemeliharaan yang dapat diberlakukan
yaitu pemeliharaan secara ekstensif, semiintensif dan intensif. Dari keempat
sistem ini sistem pemeliharaan secara intensif adalah sistem yang memberikan
banyak keuntungan bagi peternak. Kandang
ayam buras yang baik dapat dibuat dari
bahan sederhana asalkan memenuhi persyaratan sistem kandang yang baik. Dalam
pembuatan pakan perlu diperhatikan adanya 7 komponen yang diperlukan oleh ayam
buras. Yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat kasar, serta
air. Komponen-komponen tersebut berperan penting dalam peningkatan pertumbuha
ayam buras. Jika ayam buras kekurangan salah satu komponen tersebut, maka ayam
akan mudah terkena penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Murtidjo, B. M. 1992. Mengelola Ayam
Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, B. 2005. Beternak Ayam Buras.
Penebar Swadaya, Depok.
Agustina, L. 2013. Potensi Ayam Buras
Indonesia. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Comments
Post a Comment