Vanila Latte

Ku selalu mencoba Untuk menguatkan hati Dari kamu yang belum juga kembali Ada satu keyakinan Yang membuat ku bertahan Penantian ini kan terbayar pasti...             Lagu yang berputar diruang kerja. Mengingatkanku pada sebuah penantian yang berujung sia-sia. Aku pernah menantikan seseorang datang. Nyatanya dia justru pergi. Tak tau kah dia disini ada hati yang menunggu. Sudahlah. Ku ingin melupakan segala kenangan tentangnya. Sudah selayaknya hati ini bergegas pergi. Tak boleh diam ditempat.             Suara smartphone terdengar tanda ada email yang sedang masuk. Ya, aku memang sengaja memberi nada tersendiri khusus aplikasi emailku. Bukan apa-apa. Hanya saja ada kabar seseorang yang ku tunggu lewat aplikasi itu. Harus beberapa kali aku menelan kecewa. Nyatanya bukan email dari seseorang itu melainkan dari aplikasi musik langgananku. Sudah dua tahun ini aku m...

Beternak Ayam Buras


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Di Indonesia ayam buras, merupakan salah satu jenis ternak yang sudah dikenal oleh masyarakat. Ayam buras berasal dari singkatan “ayam bukan ras”. Istilah itu muncul ketika pembangunan peternakan ayam ras berkembang pesat sejak tahun 1970-an.
Ayam buras merupakan sumber daya alam yang perlu dilestarikan. Jika dibandingkan dengan ternak lain, ayam buras memiliki kelebihan kecepatan daya adaptasi terhadap berbagai situasi, kondisi lingkungan, perubahan iklim dan cuaca. Hal itu terjadi karena ayam memiliki bentuk badan yang kompak dan susunan otot yang baik.  Ditinjau dari segi permodalan, memelihara ayam buras relatif lebih murah dan tidak terlalu rumit seperti ternak yang lain.
Namun, ada dua masalah penting yang masih terlihat dalam pemeliharaan ayam buras di pedesaan. Yaitu pertama  sulitnya melakukan pengawasan dan pengendalian penyakit  karena umumnya ayam buras dibiarkan bebas berkeliaran. Kedua, kurangnya perhatian peternak karena usaha pemeliharaan ayam buras dianggap kurang memberikan tambahan penghasilan yang berarti.
Sebenarnya ayam buras memiliki potensi usaha yang sangat tinggi jika dikelola dengan baik dan benar. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas bagaimana cara mengelola dan memelihara ayam buras dengan benar.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1.    Bibit Ayam Pelung
Bibit ayam pelung dapat diperoleh melalui telur yang dihasilkan dari bapak dan ibu ayam pelung. Hal ini dapat saja dilakukan dengan cara mengawinkan satu pejantan ayam pelung dengan beberapa induknya. Yang pasti keturunan ini harus asli. Sebab jika tidak, pasti kita tidak akan memperoleh ayam pelung yang diinginkan.
Telurnya dapat kita tetaskan sendiri dengan cara menitipkannya dalam kandang induk ayam kampung yang sedang mengeram atau dapat juga melalui cara moderen, lewat alat penetas telur.
Biasanya dari 15 butir telur yang dihasilkan oleh induk ayam pelung, rata-rata 10 butir yang dierami. Tujuh butir telur berhasil menetas dengan perincian : 3 ekor jantan dan 4 ekor betina. Lewat pengalaman pemeliharanya, dari 3 ekor jantan itu, yang bakal mempunyai suara yang bagus dan “jadi” hanyalah satu ekor.
Dalam pembudidayaan ayam pelung, permasalahan yang sering ditemui adalah penyediaan bibit ayam pelung unggul. Dalam pencarian calon bibit unggul, selain didasarkan dari tampilan luarnya, juga seleksi ayam pelung yang berbasis konsep pemuliaan ternak, sehingga diperoleh bibit unggul, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas ternak. Ciri-ciri bibit unggul ayam pelung, yaitu:
1.      Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya kaki utuh dan leher  lurus
2.      Otot gempal dan kuat,terutama dibagian paha dan dada.Tulangnya juga kuat
3.      Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak mengkilat.Kondisi bulu yang baik mencerminkan  kondisi kulit yang baik pula. 
4.      Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
5.      Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
6.      Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
7.      Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah,kepala tampak kokoh, paruhpendek, tajam dan kuat.
8.      Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan.
2.2.                  Sistem Pemeliharaan
Ada tiga macam sistem pemeliharaan ayam buras, yaitu secara ekstensif, semiintensif, dan intensif.
2.2.1.      Pemeliharaan Secara Ekstensif
Pada pemeliharaan secara ekstensif, ayam dilepas secara berkeliaran dipekarangan rumah atau kebun. Di tempat tersebut ayam mencari pakan sendiri. Terkadang peternak memberikan pakan tambahan berupa sisa-sisa dapur. Pada sistem ini peternak biasanya meyediakan kandang dan ayam buras  akan pulang kekandangnya pada malam hari. Namun, banyak pula peternak yang tidak menyediakan kandang, sehingga ayam buras banyak bertengger di pohon-pohon sekitar rumah.
Dengan sistem pemeliharaan seperti ini, produksi ayam buras sangat rendah, yaitu produksi telur dalam satu tahun hanya sekitar 60 butir, pertambahan berat badan lambat, dan angka kematian bisa mencapai 50% untuk anak ayam yang dipelihara sampai umur 1,5 bulan.
Ayam buras yang dipelihara secara ekstensif inilah yang sering disebut ayam kampung. Populasi ayam ini sangat banyak, mencapai 75% populasi ayam buras nasional yang jumlahnya 265 juta ekor pada tahun 2000.
2.2.2.      Pemeliharaan Secara Semiintensif
Pada pemeliharaan secara semiintensif, ayam tetap diberi kesempatan untuk bebas lepas, tetapi geraknya dibatasi oleh pagar yang dibuat oleh peternak. Pola ini juga menerapkan induk dikurung pasca penetasan.
Pada pemeliharaan ini, peternak sudah meakukan pemilihan dan penggunaan bibit yang baik. Proses pemeliharaan masih menggunakan cara tradisional, tetapi telah mengalami berbagai macam perubahan dan perbaikan.
2.2.3.      Pemeliharaan Secara Intensif
Pada pemeliharaan secara intensif, seluruh ayam buras dimasukkan ke kandang. Pemeliharaan anak ayam lebih intensif sampai dewasa. Mereka tidak diberi kesempatan untuk berkeliaran dialam bebas. Bahkan untuk tujuan menghasilkan telur konsumsi ayam produktif terpaksa dikandangkan dikandang bateai yang sempit.
Pemeliharaan anak ayam secara intensif ditujukan pada DOC yang baru menetas sampai ayam berumur 6 minggu. Anak ayam dibesarkan dala box yang terbuat dari triplek atau kayu berukuran 100 cm x 100 cm x 60 cm. Ayam diberi pakan berupa campuran konsentrat dan dedak, atau jagung dengan perbandingan tertentu sesuai dengan kebutuhan nutrisi.
Tabel 1. Produktivitas ayam buras dengan beberapa cara pemeliharaan
Sifat yang Diukur
Cara Pemeliharaan
Ekstensif
Semiintensif
Intensif
Jumlah yang mampu dipelihara (ekor)
20
33
104
Angka kematian umur 1,5 bulan (%)
50
40
27
Bobot ayam umur 5 bulan (g/ekor)
625
636
734
Produksi telur (induk/tahun/butir)
30
59
80
Waktu istirahat antarwaktu bertelur (hari)
73
22
18
Daya tetas telur
79
80
86



2.3.    Sistem Perkandangan
Kandang adalah suatu sistem yang didalamnya  saling terkait berbagai faktor. Karena banyak faktor dari suatu sistem perkandangan, maka bila terabaikan akan menimbulkan kendala yang akan merepotkan proses pemeliharaan. Dalam usaha budidaya ayam buras, kandang tidak saja berfungsi sebagai tempat perlindungan terhadap sengatan matahari dan curah hujan, tetapi lebih ditekankan sebagai faktor produksi.
Dalam kenytaannya, masih banyak kesalahan desain dan konstruksi kandang. Kandang ayam buras berbeda dengan kandang ayam ras, karena ayam buras relatif lebih liar dibanding ayam ras.
Sistem kandang ayam buras harus direncanakan sesuai dengan tersedianya lahan. Pada prinsipnya ada 4 alternatif yang dapat dipilih. Yaitu :
2.3.1. Kandang Sistem Ren
Kandang sistem ren merupakan kandang sistem terbuka yang berada ditengah lahan pekarangan yang dipagar setinggi 2,5-3,0 m. Kandang cukup berupa konstruksi tiang dengan atap, dilengkapi dengan sarana tempat bertengger dan tempat bertelur. Tempat makanan dan minuman dapat diletakkan di luar.
Keunggulan kandang sistem ini adalah lebih alami bagi ayam buras yang cenderung liar, selain itu pengelolaannya juga tidak merepotkan. Lahan tempat bermain akan sangat ideal bila terbuat dari lapangan rumput dan sedikit perdu.
2.3.2.      Kandang Sistem Litter
Kandang sistem litter meruoakan kandang alternatif bila lahan pekarangan terbatas. Kandang model ini menggunakan dinding dari anyaman bambu atau bilah bambu, beratap, dan lantai dilandasi bahan yang mudah menyerap kebasahan.
Keuntungan dari sistem kandang ini adalah efisiensi dalam penggunaan lahan. Selain itu dapat mengurangi cekaman yang diakibatkan oleh panasnya temperatur. Sistem ini juga dapat mengurangi defisiensi nutrisi dari makanan, terutama asam amino.

2.3.3.      Kandang Sistem Postal
Kandang sistem postal merupakan kandang alternatif bila lahan pekarangan terbatas, serta mengutamakan hyginitas kandang yang baik. Kandang sistem ini menggunakan lantai panggung yang dapat dibuat dari bilah bambu. Pada umumnya kandang ini lebih cocok untuk ayam bibit.
2.3.4.      Kandang Sistem Kombinasi Litter-Postal
Kandang sistem ombinasi litter-postal merupakan alternatif sistem kandang yang ingin memperoleh keuntungan dari sistem litter dan postal. Ditinjau dari pembiayaannya, relatif lebih murah dibanding sistem potal penuh, namun relatif sedikit lebih mahal dibanding sistem litter penuh.

2.4.            Pakan
Kebutuhan dasar pakan ayam buras  akan zat gizi terdiri atas 7 komponen, yaitu karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, vitamin, mineral, dan air. Kkeurangan salah satu dari komponen tersebut bisa mengakibatkan gangguan proses metabolisme.
Dalam penyusunan pakan, karbohidrat merupakan bagian terbesar yaitu sebesar 70-75%. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi dan pembentukan lemak dalam tubuh ayam. Hampir ¾ bagian berupa biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan. Sumber karbohidrat yang banyak dipakai untuk pakan ayam antara lain jagung, padi, beras, ubi kayu, ubi jalar, dedak, bekatul, kacang hijau, dan kelapa.
Protein dalam ransum sebagai zat pembangun untuk pertumbuhan, mengganti jaringan sel yang rusak, dan membentuk telur. Bahan nutrisi ini banyak terdapat dalam bungkil kelapa, bungkil kelapa, bungkil biji kapuk, sebagai sumber protein nabati.Penggunaannya 10-30% dari total bahan ransum. Sedangkan sumber protein hewani diperoleh dari tepung ikan, tepung cacimg, tepung daging, tepung bulu, tepung darah, atau tepung kepala udang. Penggunaannya 3-10% dari total bahan ransum.
Bagi ayam, lemak merupakan sumber energi. Lemak nabati berasal dari biji-bijian yang kandungannya berbeda-beda. Fungsi lemak sebagai cadangan energi, pelarut vitamin, dan memberi rasa enak pada makanan. Bahan nutrisi ini terdapat dalam kacang-kacangan, minyak ikan, lemak sapi, minyak kelapa, minyak jagung. Penggunaannya hanya 5% dari total bahan ransum.
Mineral sangat diperlukan dalam menyusun ransum ayam sebab 3-4% tubuh ayam dan 10% telur tersusun dari zat mineral. Mineral makro dan mineral mikro diperlukan dalam jumlah cukup pada pakan. Fungsi mineral untuk menyempurnakan pertulangan, pembentuk darah, membantu pembentukan kulit telur. Aayam yang kekurangan mineral dapat mengakibatkan kelainan dan kekurangan darah sehingga menjadi kanibal.Mineral terdapat dalam tepung tulang, tepung kulit kerang, kalsium sulfat, dan garam dapur. Penggunaannya 0,5-2% dari total bahan ransum.
Vitamin dalam pakan diperlukan dalam jumlah seikit tetpi lengkap. Vitamin berguna untuk merangsang pertumbuhan, reproduksi, menjaga kesehatan, dan pigmentasi bulu. Kekurangan vitamin dapat menyebabkan pertumbuhan terganggu dan mudah terserang penyakit. Vitamin banyak terkandung dalam pakan segar, seperti sayuran, jagung kuning, minyak ikan, kacang hijau, kedelai, padi, susu, hati, taoge, dan kecipir. Penggunaannya 0,5-1% dari total bahan.
Pakan tambahan adalah pakan yang diberikan untuk memperbaiki pencernaan atau mempercepat pertumbuhan. Bahan pakan ini tidak mutlak, tetapi bisa diberikan ketika diperlukan. Misalnya, antibiotik dan grit. Antibiotik diperlukan untuk merangsang pertumbuhan ayam, memperbaiki konversi pakan, mengobati dan mencegah penyakit pernapasan, meningkatkan produksi telur, mencegah rusaknya zat gizi dan tercemarnya pakan oleh racun karena aktivitas mikroorganisme , sekaligus menghemat biaya pakan.
Grit berfungsi untuk membantu proses pencernaan, terutama bagi ayam yang dikandangkan. Grit dibuat dari batu-batuan kecil atau bata merah yang sudah dicuci bersih dan digiling. Pemberian grit disajikan dalam wadah tersendiri atau dicampur dalam pakan sebayak 0,5%.



2.5.            Penyakit dan Cara Mengatasinya
Ayam buras dapat terserang penyakit kalau kondisi dan ketahanan fisiknya turun. Beberapa penyebab munculnya penyakit antara lain pengaruh cuaca buruk, lingkungan tidak mendukung, kualitas dan kuantitaspakan kurang memadai.
Ada lima penyakit yang sering menyerang ayam buras, yaitu :
2.5.1.      Tetelo
Tetelo adalah penyakit menular yang disebabkan virus Myxovirus multivormis. Penyakit ini lebih dikenal dengan Newcastle Desease (ND). Gejala ayam terkena tetelo adalah mula-mula ayam sulit bernapas, batuk-batuk, bersin, lesu, mata mengantuk, sayap terkulai kebawah, jengger biru kehitaman, tinta encer berwarna hijau, dan kadang-kadang mengandung darah.
Cara mengatasi penyakit ini adalah dengan memberikan vaksin kepada ayam yang terkena penyakit ini. Cara pemberian vaksin yaitu teteskan vaksin ND aktif atau ND strain ke mata anak ayam umur 1 hari smpai 1 bulan. Ketika berumur 1-3 bulan, gunakan vaksin ND strain K yang disutikkan secara intramuskuler. Setelah berumur diatas 3 bulan, gunakan vaksin ND strain K dua kali, lakukan dengan interval waktu 4-6 bulan. Paling lambat dua jam setelah vaksin dilarutkan harus habis digunakan.
            Tiga hari sebelum dan dua hari setelah pemberian vaksin, ayam diberi vitamin untuk memperkuat kondisi tubuhnya.
2.5.2.      Berak Kapur
Penyakit ini sering disebut penyakit pullorum (pullorum disease), berak putih (bacillary disease). Gejala yang terlihat adalah tinja berwarna putih seperti kapur, kotoran encer berwarna putih dan berbusa, mata mengantuk, sayap terkulai, kepala tertunduk, badan ayam seperti kedinginan, dan tidak ada nafsu makan.
Tindakan pencegahan dan pengobatan yang paling mudah adalah segera menyisihkan ayam sakit dan mengobatinya dengan Coralin atau dengan Neo Terramycin 25 soluble powder dengan dosis 2 sendok teh yang dilarutkan dalam 3,8 liter air minum.

2.5.3.      Pilek atau Infectious Coryza
Ayam yang sedang pilek sering disebut terkena penyakit snot, selesma atau coryza. Gejala yang timbul adalah lendir agak encer, lama-lama mengental sehingga menyumbat ujung lubang hidung. Ayam tidak mau makan, suka menyendiri, sering menggelengkan kepala sayap terkulai, mata terpejam, tidak aktif bergerak dan jika bernapas sering ngorok.
Pilek dapat disembuhkan dengan preparat sulfa yang dijual di toko-toko obat unggas.
2.5.4.      Fowl Pox
Penyakit ini dikenal dengan sebutan penyakit cacar ayam. Disebabkan oleh virus dan menyerang ayam semua usia terutama saat usia muda. Ayam yang terkena penyakit ini ditandai dengan adanya bintil-bintil kecil yang timbul pada jengger, pial, dan kelopak mata. Untuk penyakit yang menyerang mulut, terdapat selaput kuning yang tebal dalam mulut dan tenggorokan.
Tidak ada pengobatan untuk penyakit cacar, namun cara mencegahannya dalah dengan melakukan sanitasi dengan baik. Untuk wilayah peternakan yang pernah terserang penyakit cacar, dianjurkan melakukan vaksinasi cacar menjelang ayam usia dara, dengan cara tusuk sayap.
2.5.5.      Blue Comb
Blue Comb merupakan penyakit yang populer dengan sebutan penyakit jengger biru. Kemungkinan penyebabnya adalah suatu virus. Ayam yang terkena penyakit ini ditandai dengan mencret berwarna keputihan, jengger dan pial menjadi biru tua.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan melaksanakan sanitasi dengan baik. Sedangkan untuk mengobati ayam yang terserang penyakit ini, dapat diusahakan dengan Neo-Terramycin (Solublue Powder), dengan takaran 2 sendok teh yang dicampurkan air minum sebanyak 3,8 liter dan diberikan 3-5 hari.




BAB III
KESIMPULAN
            Ayam buras merupakan ayam yang sudah banyak dikenal dan dikembangkan di Indonesia. Namun pola pemeliharaan serta pemberian pakan masih banyak yang menyimpang sehingga dalam pemeliharaannya tidak efektif. Jika dipelihara dengan baik, sebenarnya ayam buras memiliki potensi yang besar. Dalam sistem pemeliharaan terdapat empat sistem pemeliharaan yang dapat diberlakukan yaitu pemeliharaan secara ekstensif, semiintensif dan intensif. Dari keempat sistem ini sistem pemeliharaan secara intensif adalah sistem yang memberikan banyak keuntungan bagi peternak.  Kandang ayam buras  yang baik dapat dibuat dari bahan sederhana asalkan memenuhi persyaratan sistem kandang yang baik. Dalam pembuatan pakan perlu diperhatikan adanya 7 komponen yang diperlukan oleh ayam buras. Yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat kasar, serta air. Komponen-komponen tersebut berperan penting dalam peningkatan pertumbuha ayam buras. Jika ayam buras kekurangan salah satu komponen tersebut, maka ayam akan mudah terkena penyakit.








DAFTAR PUSTAKA
Murtidjo, B. M. 1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, B. 2005. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya, Depok.
Agustina, L. 2013. Potensi Ayam Buras Indonesia. Graha Ilmu, Yogyakarta.










                                                                                               

Comments

Popular posts from this blog

Macam-Macam Strain

Biosintesis Protein Susu